“kapan kita ndak kena’ macet ya?” ucap Gilang. Seorang cowok
dari pelosok Jawa tengah yang akan selalu menggerutu akan kemacetan yang
terjadi setiap kami pulang dari kuliah. Menurut ceritanya, ia tak pernah
menemukan hal semacam ini di Jepang. Yah, dia seorang peserta pertukaran
pelajar pada tahun 2010 lalu. Meski hanya 1 bulan, namun konon katanya ia
merasakan simpati yang mendalam pada Indonesia saat ia sedang berada di sana. Ia
merasa Indonesia sangat sesak akan kasus. Yah, meskipun ia selalu menyanjung
Indonesia di akhir ceritanya karena tidak rawan gempa.
Aku selalu terkikik saat ia menggerutu seperti itu. Dengan gaya
bahasanya yang kental dengan logat jawa itu, aku merasa nyaman saat ngobrol
dengannya. Mungkin orang di sekitar kami di bus ini tak akan menyangka bahwa
lelaki medok ini mahir berbicara dalam bahasa Jepang dan saat mendengar
cerita yang secara tak sengaja didengar darinya, mungkin mereka menganggap
ceritnya sebagai cerita rekayasa belaka. Inilah Uniknya, Ia selalu menggerutu
dengan menambahkan cerita di belakangnya dengan tingkat percaya diri di atas
rata-rata. Yah, meski kadang cerita itu seringkali diulang kembali.