Kemarin, seperti biasa saya dan teman-teman berkumpul saat
musim KHS tiba. Dengan tempat yang tetap dan waktu yang tetap. Taman depan
fakultas. Entahlah, tempat itu menjadi tempat langganan bagi kami. Kesenangan tersendiri saat kami
berbincang-bincang seputar kegiatan liburan dan saling mengeluarkan isi hati
seputar KHS. Pembicaraan yang bernuansa humor tak pernah lepas dari kami. Ah,
ini yang membuat saya selalu rindu suasana kelas di setiap liburan semester.
Siang
itu, kami membicarakan seputar PKPBI. Kami yang tak pernah merasakan PKPBI
turut penasaran dengan KHS anak regular. Pembicaraan seputar KHS, wisuda dan
tentunya sertifikat wisuda. Sekilas kami melihat, Regular sangat istimewa.
Wisuda, yang ada pada semester 5 bagi regular sangat mengenaskan bagi kami yang
berada di kelas ICP yang tidak dapat merasakan wisuda. Sertifikat TOEFEL pun
kami tak mungkin mendapatkannya. Kami sejenak merenung. Membicarakan masalah
lain sebagai hiburan bagi kami yang suka ngobrol ala OVJ.
Dari pembicaraan
siang itu, membuat saya semakin merenung. Menanyakan kepada hati saya
sendiri. Apa tujuan saya di ICP?. Apa istimewanya ICP?. Apa yang saya dapatkan
di ICP?. Saya hanya menyadari kelebihan anak regular. mereka mendapatkan ilmu lebih dari kami. Kami hanya membiasakan diri kami dengan bahasa Inggris. Dan tetap
saja, ketika kami dilatih untuk mendengarkan seminar International, Seringkali
kami masih saja tidak memahami maksudnya. PKLI di luar negri kah yang menjadi
keistimewaan ICP? Jika untuk ukuran Malaysia, kenapa kami harus memakai bahasa
Inggris. Toh, bahasa kami dan Malaysia hampir sama. Ijazah kami dengan kelas Regular pun mungkin sama,
yang membedakan hanya tingkat skripsi kami yang menggunakan bahasa Inggris. lalu,
saat tak ada bukti tertulis, maka tak ada yang membuat kami istimewa
di ICP.
Namun,
kami merasa beruntung saat kami berada di kelas ICP. Tugas yang membludak,
ditambah tanggungan tugas kami yang harus menggunakan bahasa Inggris, membuat
kami bersyukur saat kami tidak mendapat jadwal PKPBI yang biasa dilakukan di sore
hari. Selain itu, kapasitas kelas kami yang hanya menampung 20-25 orang,
membuat kami lebih konsentrasi dengan mata kuliah yang diajarkan dengan
menggunakan bahasa Inggris. Yah, meskipun hasil kami pun tak maksimal. Namun,
kami lebih bersyukur saat kami memahami isi dari ilmu tersebut. Apalah gunanya
belajar, saat kami hanya mencari hasil tanpa bisa memahami isinya.
Sejenak
mungkin saya merasa egois, karena merasa kehidupan ICP yang diasingkan. Namun,
saat kami mencari pemahaman, kami meyakini itu akan lebih mudah untuk menjadi
profesi tujuan kami yaitu sebagai pengajar. Bukankah saat kami memahaminya,
ilmu akan mudah untuk menjadi bermanfaat?. Terimakasih tuhan, atas segalanya. Ilmu
yang kami dapat, serta kefahaman yang kami dapatkan.