Minggu, 19 April 2015

Imamku Maybe


Kamu. Namamu sering kudengar. Namun, aku tak tau bagaimana rupamu. Sikapmu saja masih misterius bagiku. Kamu. Keluarga kita telah digosipkan akan menjadi besan. Bagaimana menurutmu? Apakah hal yang baik jika kau dijodohkan denganku? Apakah tak mengapa kalau kau menikah denganku? Kamu. Aku bukanlah orang yang sempurna. Mengertilah! Semua kebaikanku hanyalah gosip semata. Masihkah kau mau denganku?
Salam kenal. Aku orang terbodoh di dunia, aku juga orang termalas di dunia. Aku ingin memperkenalkan diriku padamu. Kamu. Aku ingin mengenalmu, aku ingin melihat wajahmu. Rasa penasaran ini selalu berkecamuk dalam hati dan pikiranku. Kalau boleh jujur, kamu bukanlah orang yang aku impikan selama ini. Jarak rumah kita terlalu dekat dan berkacamata, anak tunggal pula. Karena itulah aku ingin mempertimbangkannya dengan bertemu denganmu. Bolehkah?

Alasan pertama aku menganggap kau bukan kriteriaku. Jarak rumah kita terlalu dekat. Aku ingin merasakan mudik. Namun hal yang paling gak bisa ditutup-tutupi adalah aku terlalu gengsi untuk mendapatkan pasangan yang dekat dari rumahku. Secara gitu, aku 10 tahun hidup di Malang masa' dapetnya tetangga sendiri? gak adil dong!. Tapi alasan pertama tertepis. Aku merenungi kembali niatku ke Malang. Niatku hanya untuk belajar bukan mencari jodoh. Kalaupun ada yang nyantol satu berarti kamu keluar dari kualifikasi :D. Yah, tapi mendadak aku sadar, jodoh di tangan tuhan. Aku hanya memperhitungkan permasalahan sepele yang sebenarnya tidak perlu dipersulit. Bahkan aku membayangkan mungkin tuhan pun mentertawakan pola pikirku ini.
Alasan kedua, memakai kacamata. Satu hal sempit yang aku tau. Minus akan menular hingga turunannya, bukankah demikian? Aku ingin anakku jadi orang normal dalam penglihatan. Aku ingin anak kita nanti menjadi lelaki yang sehat jasmani maupun rohani dan yang terpenting adalah otaknya. Inilah aku. seorang perempuan sederhana yang berpikir masa depan. Karena aku bukanlah seseorang yang pantas dipuji-puji. Karena itu, aku tak ingin anakku kelak sama denganku. keberadaanku seakan tidak ada. Keberadaanku tak pernah memberikan perubahan. Minus, identik dengan bullying aku tak ingin anak kita kelak dibully. selain itu, aku cukup trauma dengan lelaki berkacamata yang aku temui adalah lelaki yang memikirkan akademik, membesarkan omongan dan tidak bertanggungjawab. Inilah yang kemudian membuatku agak sedikit tidak menyukai lelaki berkacamata. Tapi kalau boleh jujur, aku dari dulu menyukai lelaki berkacamata, karena menurutku lelaki berkacamata adalah lelaki yang cerdas, jenius dan tentunya pencinta buku. Aku kagum dengan mereka. Tipe lelaki impianku banget. Hal yang konyol aku pikir jika riset yang kulihat bertahun-tahun dikalahkan dengan seseorang yang menghancurkan anggapanku itu. Jadi, alasan ini bisa ditepis juga.
Alasan ketiga, anak tunggal. Identik manja. Aku selalu berpikir demikian. Pleae, aku cari imam, gak cari anak gituloh :D. Namun kenyataan yang aku temukan justru mereka adalah orang yang mandiri. Lagi dan lagi hal ini bisa ditepis. Hal inilah yang kemudian membuatku bingung. Alasan apalagi yang ingin kubuat sedangkan Allah menyiapkannya sudah sejak lama. Jujur siapa pendampingku di masa depan? Aku cukup penasaran. Untukmu. Semoga pertemuanmu denganku suatu saat tidak membuatmu kecewa. Salam kenal. Ku nanti kau di ziaroh nanti ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar