Sabtu, 14 Maret 2015

Malaikatku

Teruntuk engkau. Siapapun yang akan menjadi kekasihku kelak. ini adalah pengakuanku. Terimakasih telah menerimaku menjadi separuh jiwamu. Terimakasih sudah melengkapi apa yang kurang dariku. Mungkin engkau menerimaku dari rumor positif tentangku. Pendiam, Pandai dll. Jujur, aku muak dengan semua pujian itu. Aku Muak, karena meruntuhkan diriku yang ingin menjadi lebih baik.
Teruntuk engkau. Siapapun darimu. Aku tak mengerti siapa yang benar-benar dipersiapkan untukku. Aku hanya berharap dia yang terbaik untukku. Egois memang saat aku harus meminta yang lebih dari karakterku sendiri. Tapi bagaimanapun aku hanyalah makhluk-Nya yang lemah dan selalu bersandar pada-Nya. Lebih ringan memang jika aku dapat bersandar di bahumu.

 Teruntuk engkau. Aku merasa terbebani oleh banyak tanggung jawab. Mampukah engkau menjadi sandaranku? Memberikan kedamaian untukku, mengusap tetesan air mataku, melukis senyum di wajahku. Mampukah engkau menjadi imam dunia dan akhiratku?
Teruntuk engkau. Siapakah engkau? Di antara banyak lelaki, aku tak tau siapa engkau. Atau aku yang tak peduli tentang engkau? Aku kesulitan memilih engkau dari sekian banyak lelaki. Aku berharap dan berharap kau benar-benar menjadi Malaikat yang akan mengembalikanku menjadi hamba Allah seutuhnya. Aku punya banyak kekurangan di hadapan-Nya. Aku ingin menyempurnakan Imanku pada-Nya. Mampukah kau bertahan?
Teruntuk engkau. Keluargaku memang Indah. Namun saudaraku sangat mengerikan, mampukah kau menjaga aibku? mampukah kau menutupinya dengan kebijaksanaanmu? Aku cukup malu menjadi hamba yang seperti ini. Aku bukanlah seseorang yang mereka katakan. Aku masih banyak kekurangan. Aku ingin belajar dan belajar darimu.
Teruntuk Engkau. Aku akan berusaha menjadi seseorang yang baik dihadapan Allah untukmu. Aku berharap kau dapat menjadi seseorang yang mencintaiku apa adanya aku. hingga kelak, aku dapat kau gandeng menuju surga-Nya. Untukmu, Malaikatku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar