Kamis, 17 April 2014

Masjidku Kenanganku



Aku tutup Novel yang seminggu ini telah kukhatamkan. Novel yang tentunya membuka hatiku untuk kembali merindukan kalian. Novel ala santri pondokan yang berjuang. Bedanya, mereka berjuang untuk menjadi seorang hafidz, tapi kita berjuang untuk bisa mencapai kelulusan. Masjid, menjadi setting utama di Novel itu. Rindunya aku dengan Kemegahan Masjid YPM Al-Rifa’ie 1 yang dipenuhi kalian semua. Rindu saat kita berjuang mendapatkan shaf pertama. Ngaji bareng sambil menunggu isya’, sebelum Maghrib tiba, kita pun membaca Al-Qur’an. Meski secara individu, namun deru suara kita yang berusaha mengkhatmkan bacaan Al-Qur’an sungguh kurindukan. Saat ujian menyergap, kita tak akan lepas dari Masjid. Masjid. Tempat tongkrongan favorit.

                Aku rindu kalian sobat, keluarga kedua yang mengisi hari-hariku. Juga rindu berlama-lama di Masjid. Tak aku dapatkan semua itu hingga saat ini. Ketentraman yang selalu aku dapatkan di Masjid, bersama suara tawa kalian, bersama anggukan kantuk kalian, bersama deru bacaan Al-Qur’an kalian. Aku tak pernah mendapatkannya saat ini. Hidup tanpa HP tak masalah, hidup tanpa facebook tak masalah, hidup tanpa laptop pun tak masalah. Namun, saat semuanya ada Kenapa justru kini aku merasa dunia sangat sempit?. Hanya berhambur dengan tugas dan kuliah. Aku tak tau kemana hilangnya dunia yang luas itu. Aku tak tau kemana hilangnya ketentraman itu. Ketentraman dan dunia yang hilang bersama hilangnya langkah semangat kalian. Sungguh aku rindu.
                Ingat puasa mutih?? Aku kini tak pernah melakukannya. Serasa hidup terasa ringan saat melakukannya. Aku ingin melakukannya beberapa kali lagi. Tapi tak bisa. Benar-benar tak bisa. Itulah kelemahanku sekarang, kalah oleh nafsu. Andai ada waktu untuk kembali mengulang momen-momen masa lalu itu, akan kulakukan dengan semaksimal mungkin untuk menahan nafsu itu sekali lagi. Tak akan aku sia-siakan momen itu untuk menjalankan drama kehidupan yang pernah aku jalani disana. Di ma’had tercinta. Ya Allah, tirakat. Baru aku sadar, tirakatlah yang membuat dunia serasa luas bagiku. Senyum kalian juga semangat kalianlah yang menjadi api yang membara dalam hatiku yang menjadikan dunia serasa sangat luas. Dimana ada kita, disana Al-Rifa’ie akan muncul. Memang benar misi kyai kita Al-Maghfurlah Romo Kyai Acmad Zamachsyari. Al-Rifa’ie tidak kemana-mana tapi ada dimana-mana. Dimana santri Al-Rifa’ie berkumpul, disanalah Al-Rifa’ie selalu muncul. Dan itu yang tidak aku dapat disini. Di tempat yang luas, tanpa batas gerbang maupun tembok.
Dariku yang sangat merindukan kalian..
Ma’had kalsik yang aku banggakan dan orang-orang didalamnya yang aku rindukan..
Tak lupa, Masjid YPM Al-Rifa’ie 1 yang penuh kenangan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar