Jumat, 04 Desember 2015

Cinta Allah

Orang bilang, ilmu dunia dan ilmu akhirat harus selalu beriringan bersama. Namun, kadang terasa sekali bahwa pada keduanya tersebut seakan-akan ada yang lebih dominan. Anak kuliahan yang prinsipnya ingin mencari ilmu dunia dan akhirat misalnya. Kita tidak akan pernah mengetahui bahwa tugas kuliah akan lebih menumpuk hingga akhirnya akhirat mulai kita sisihkan. Demikian mudah kaum kapitalis merubah mindset masyarakat. Perlahan namun pasti. Bagaimana tidak? Mahasiswa yang molor baik dalam hal tugas maupun absen, ditetapkan akan mendapatkan nilai D pada mata kuliah tertentu. Jika sudah demikian, maka IP akan merosot dan akan mempengaruhi ijazah kelulusan. Bagaimana mungkin, seorang mahasiswa akan diterima di perusahaan ternama, jika dalam hal kelulusan saja dia molor? See, kompetisi kerja menjadi yang lebih dominan. Mahasiswa tidak lagi takut pada kebodohan, namun takut pada kekalahan.

 Namun, bagaimana mungkin orang-orang Islam terdahulu mampu menjadi ilmuwan dunia tanpa sedikitpun berpaling pada cintanya pada Tuhan? Lihat, inilah bedanya kita dengan orang terdahulu. Orang dulu menjadikan Al-Qur'an dan Hadits sebagai satu-satunya pedoman. Kecintaan mereka pada Allah dan Rasul membentuk mindset bahwa apapun yang mereka lakukan hanyalah untuk mendapatkan Ridho Allah dan Rasul-Nya. Mereka berbisnis untuk mengikuti sunnah Rasul, Tidur karena sunnah Rasul, menulis karena sunnah Rasul, belajar pun karena sunnah Rasul dan perintah Allah. Mereka melakukan semuanya, tidak pernah terpisah dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Mereka tidak pernah memisahkan ilmu dari agama. visi mereka bukan untuk menang. Tetapi visi mereka adalah Sholaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillahi robbil 'aalamiin.
Cinta yang membuat mereka bertahan dalam godaan apapun, cinta yang mampu menumbuhkan rasa ingin tau dalam mengenal tuhannya. Hingga mereka mengetahui bahwa Allah tak pernah menciptakan segala sesuatu secara percuma. Semua memiliki manfaat. Mereka mengetahui darimana? Dari Al-Qur'an. Mereka menjelajah hingga mereka mengetahui bahwa pada hakikatnya hidup adalah untuk memberi manfaat bagi masyarakat. Terus memperdalam Al-Qur'an hingga Al-Qur'an lah yang menolongnya.
Berdedikasi pada dakwah sebenarnya adalah hal yang susah-susah gampang. Orang bilang jika kita mengatakan dakwah adalah tugas, maka dakwah akan terlihat semakin sulit. Jika dakwah dijalankan dengan sepenuh hati karena cintanya pada Allah. Semua akan terasa mudah. Lihat bagaimana sulitnya Ulama' terdahulu yang harus berhijrah ke lain Negara dikarenakan konflik Islam dan Non-Islam yang masih berkecamuk. Berhijrah tanpa mengenakan mobil, sepeda, pesawat, seperti yang kita rasakan sekarang yang sudah modern. Apa yang membuat mereka bertahan? Cinta pada Allah. Bukan ketenaran, bukan pula keduniawian.
Sungguh, tak ada yang sulit saat kita mencintai Allah. Karena Allah selalu bersama kita. Segala dedikasi kita untuk Allah. Seluruh hidup dan mati kita karena Allah dan sungguh tidak ada kemudahan yang terjadi tanpa kehendak Allah. Terus berdakwah, Terus kenalkan bahwa Muslim adalah orang yang mampu survive akan tindakan masyarakat Kapitalis.
Maka jika kita menginginkan keseimbangan di dunia ini. Percayalah, keseimbangan terjadi karena Allah. Keseimbangan terjadi ketika kita mengenal Allah dan mendedikasikannya karena Allah. Wallahu A'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar