Rabu, 22 Januari 2014

Ketika Ibu Ingin menikah Lagi..

Aku tak pernah menyangka hidupku akan seperti ini. Bukan mengeluh. Tapi tak menyangka sekaligus tak tau apa yang mestinya aku lakukan.  Hanya bisa terdiam dan terus berpikir solusi terbaik. Merenung setiap malamnya. Menulis apapun yang bisa melampiaskan isi hati ini. Meski seringkali melenceng dari isi hati.
                Kematian ayah hanya berjarak beberapa bulan dari sekarang. Namun, terasa berat bagiku. Sejak kematian ayah, aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak meninggalkan ibuku. Karena aku tau, kini hanya ibu yang aku miliki. Untuk itu, Setiap kali aku mendapatkan jadwal libur dari kampus, aku tak segan-segan untuk pulang ke kampong halaman, untuk sekedar menemani Ibu. Aku paham betul bagaimana perasaan seseorang saat harus kehilangan kekasih. Serta bagaimana saat kondisi itu anaknya tak ada di sisinya.
                Aku hanya dua bersaudara. Waktu ayah tiada, seluruh biaya pendaftaran pendidikan adik sudah lunas. Tak mungkin adik harus men-cancel dirinya untuk masuk pesantren. Hanya aku satu-satunya yang dapat diandalkan untuk menemani ibu. Saat Ayah masih hidup, Ayah memasrahkan seluruh tanggungjawabnya padaku. Entah, saat itu beliau telah merasakan hidupnya tak lama lagi atau memang karena aku putri tertuanya. Aku hanya merasakan beratnya tanggungjawab itu saat beliau telah tiada. 
                Sejak kematian ayah, sikap Ibu berubah. Ibu selalu merasa dirinya kembali muda. Sikap Ibu kini lebih kekanak-kanakan. Entahlah, kini aku yang harus mengalah. Bahkan sampai urusan music pun, kami selalu berdebat. Ibu yang hidup di tahun 80-an, lebih memilih lagu-lagu jadul untuk menemani pagi keluarga baru kami. Kau tau? Lagu-lagu mellow yang mengharukan. Tak ada bahagianya. Aku tak suka itu dan aku yang selalu mengalah. Namun, tetap saja Ibu mengatakan bahwa diriku yang egois. selain masalah music, kami pun sering berdebat tentang film. Aku yang merasa kini tumbuh dewasa lebih memilih film-film yang berkaitan dengan perkembangan Indonesia dan tayangan-tayangan humor untuk sekedar melepaskan kepenatan masalah Indonesia. namun, Ibu? Kini lebih menyukai film percintaan. Tuhan, apa yang terjadi pada Ibuku?
                Kini, seringkali aku melihat ibu gelisah saat HPnya lowbat. Padahal sebelumnya, memegang HP pun Ibu tak bisa. Bahkan, beberapa malam kemarin aku memergoki Ibu mendapatkan telepon dari seseorang. Aku tak tau siapa itu, yang pasti sang penelepon adalah kaum adam. Entah, saat itulah aku merasa hatiku teriris. Bahkan aku pun tak pernah melakukan itu dihadapan Ibuku, namun inikah balasannya. Aku menahan air mataku. Menahan luka yang menyayat hatiku. Aku tak berani pacaran, namun Ibu berani melakukannya dihadapanku.
                Setelah sholat Ashar, aku memohon pada tuhan di atas sajadah yang selalu digunakan almarhum ayahku. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku hanya berharap yang terbaik. Tapi entahlah, akhir-akhir ini, ibu sering membicarakan tentang masalah pernikahan, cowok. Namun buruknya, saat  aku mendengarkan pembicaraan itu, hatiku justru semakin terluka. Meski aku tau, Ibu pastilah merindukan kasih sayang dari seorang lawan jenis.  Perasaan itu wajar sebenarnya. Namun, mengapa hati ini sangat sesak?. Mungkin karena aku terlalu merasa betapa banyak jasa yang diberikan Ayah padaku. Sehingga ada perasaan tak rela saat Ibu melukai Ayah. Meski mungkin Ayah sudah mengikhlaskannya.
                Siang itu, saat adik pulang dari pesantren, aku bicarakan hal itu dengan adik. Adik tak menyetujui Ibu menikah lagi. Aku pun begitu. Namun di sisi lain, aku pun memperhatikan bagaimana kelanjutan pendidikan adikku saat aku lulus dari kuliah kelak. Uang pensiunan Ayah pun akan terhenti sampai situ. Di sisi lain, aku ingin bebas menghabiskan liburan semesterku yang panjang untuk sesuatu yang bermanfaat di daerah perantauanku. Namun tak bisa. Aku tak tega meninggalkan Ibu, meskipun Ibu pun mengizinkanku.
Aku masih teringat pesan ayah padaku, agar aku dapat membayar seluruh biaya kuliah adik. Ayah memberikan amanah yang tak ternilai. Pendidikan memang segalanya di mata Ayah. Tuhan, haruskah aku merelakan Ibuku menikah lagi?. Jika tidak, lalu bagaimana masa depan adikku?. Tuhan, aku tau takdir-Mu akan selalu indah bagi ummat-Mu meski seringkali tak sesuai yang diinginkan. Tuhan, aku memohon pada-Mu, berikan jalan Rizki bagi hamba-Mu yang lemah ini.

                Belakangan ini, aku semakin terdesak oleh pembicaraan Ibu tentang anak tetangga yang setaiap liburan semester selalu mencari pengalaman bekerja. Namun, Saat aku mengatakan akan tinggal di Malang selama seminggu saat liburan semester, ekspresi Ibu seakan menggambarkan kekecewaan. Aku masih saja tak memahami perasaan Ibu. Dan Ibu pun masih saja tak memahami aku yang inginselalu menemaninya. Aku tak paham semua ini. Sungguh!!

4 komentar:

  1. Amrita yunia,, aku belum kenal kamu.. tapi setelah aku baca ini aku nangis, karena aku merasa ini seperti apa yang aku alamin.. aku berulang kali nyari artikel seperti ini untuk sekedar tahu apa ada orang lain yang peristiwanya sama kaya aku? Sebagai anak cuma bisa berdoa dan nahan amarah, ga bisa apa apa. Mau kesel, mau nasihatin ibu rasanya ga kuat, ujung2nua cuma bisa nangis. Semoga kamu selalu baik2 aja kedepan dan tetap bangkit ya! :''

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau kasus saya, ayah meninggal pas aq sdh 1 th kerja,adik kuliah smester 2 kayaknya.. dan ibu selalu marah ketika aq pacaran.. bhkn aq sembunyi2 telp dgn pacar itu ibu menguping dan lgsg marah2.. tpi setahun kemudian mulai tercium gelagat ibu pun dekat dgn kaum adam.. bhkan telp2 dgn suara biasa sja.. pas aq sewot ibu mlah marahin aq.. tau2 mereka udah nikah siri dan ini sumpah aq ndak tau kapan dan dmn... bhkn keluarga tdk ad yg ngasih tau ke aq termasuk adik laki2 yg selalu membela ibu.. setahun kemudian ibu setuju menikahkan aq sma pacarq td tpi asal aq jga bisa menerima suaminya itu... mei 2016 aq akad.. dan 01 desember 2016 ibu nikah resmi pas aq hamil 4 bulan... teriris iya.. tpi keluarga besar ibu menyalahkan aq krn aq durhaka sma ibu.. egois.. tdk membiarkan ibu bahagia.. ini sdh berjalan hampir 5 th.. entah mengapa aq tdk bisa menerima suami.. seharusnya aq ttap menerima ibu.. ibu pulang ke rumah suami dan hanya ke rumah 1x dlm 1 minggu.. selama ini ibu msh ttap menyalahkan aq krn tdk mendukung beliau bahagia.. aq yg tdk mau membuka hati, sebaliknya orgnya selalu membuka hati utk suamiq.. aq msh bingung..

      Hapus
  2. Sama kaya aku sekarang😭😭😭
    Ibu Menjadi kaya anak muda lagi😭

    BalasHapus