Sabtu, 13 Desember 2014

Model-Model Pengembangan Kurikulum




A.      Pengertian Model Pengembangan Kurikulum
Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar (Zainal Abidin, 2012:137). Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan tentang salah satu bagian kurikulum. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model, pengembangan kurikulum berarti merupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.
Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.

Ciri-ciri model pengembangan kurikulum pembelajaran diantaranya adalah:
  1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu;
  2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu;
  3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas;
  4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) Urutan langkah-langkah pembelajaran, (2) Adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) Sistem  sosial, dan (4) Sistem pendukung;
  5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran, yaitu dampak pembelajaran (hasil belajar yang dapat diukur) dan dampak pengiring (hasil belajar jangka panjang); dan
  6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya. (Susilana, 2006:139)
Robet S. Zais adalah ahli kurikulum yang banyak melontarkan ide-idenya sekitar tahun 1976. Berikut beberapa model pengembangan yang dapat dikategorikan dalam model Zais :
1.    Model Administrative
Model administrative diistilahkan juga model garis staf atau top down, dari atas ke bawah.(Dakir, 2004:96). Artinya kegiatan pengembangan kurikulum di mulai dari pejabat pendidikan yang berwenang yang membentuk panitia pengarah. Biasanya terdiri atas pengawas pendidikan, kepala sekolah, dan staf pengajar inti. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a)      Atasan membentuk tim yang terdiri atas para pejabat teras yang berwenang
b)      Tim merencanakan konsep rumusan tujuan umum dan rumusan falsafah yang diikuti
c)      Dibentuk beberapa kelompok kerja yang anggotanya terdiri atas para spesialis kurikulum dan staff pengajar yang bertugas untuk merumuskan tujuan khusus, GBPP, dan kegiatan belajar
d)     Hasil kerja dari butir 3 direvisi oleh tim atas dasar pengalaman atau hasil dari try out
e)      Setelah try out yang dilakukan oleh beberapa kepala sekolah, dan telah direvisi seperlunya, baru kurikulum tersebut diimplementasikan.

2.    Model Dari Bawah (Grass-Roots)
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Dalam model pengembangan yang bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru disuatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum.(Sukmadinata, 2006 : 162-163) Langkah-langkahnya:
a)      Inisiatif pengembangan datangnya dari bawah (para pengajar)
b)      Tim pengajar dari beberapa sekolah ditambah nara sumber lain dari orang tua peserta didik atau masyarakat luas yang relevan
c)      Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan
d)     Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah dirintisnya diadakan lokal karya untuk mencari input yang diperlukan. (Dakir, 2004:96)

3.      Model Demonstrasi
Model demonstrasi ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil, hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah, suatu komponen kurikulum atau mencakup semua komponen kurikulum. Karena sifatnya ingin mengubah atau mengganti kurikulum yang ada. Langkah-langkahnya:
a)      Staff pengajar pada suatu sekolah menemukan suatu ide pengembangan dan ternyata hasilnya dinilai baik
b)      Kemudian hasilnya disebarluaskan disekolah sekitar

4.    Model Beaucham
Model pengembangan kurikulum ini, dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a)      Suatu gagasan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas, diperluas disekolah, disebarkan di sekolah-sekolah di daerah tertentu baik berskala regional maupun nasional yang disebut arena
b)      Menunjuk tim pengembangan yang terdiri dari ahli kurikulum, para ekspert, staff pengajar, petugas bimbingan, dan nara sumber lain.
c)      Tim menyusun tujuan pengajaran, materi, dan pelaksanaan proses belajar mengajar
d)     Melaksanakan kurikulum di sekolah
e)      Mengevaluasi kurikulum yang berlaku.

5.    Model Terbalik Hilda Taba
Menurut cara yang bersifat tradisional pengembangan kurikulum dilakukan secara deduktif. Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok, sebab tidak merangsang timbulnya inovasi-inovasi. Menurutnya pengembangan kurikulum yang lebih mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru adalah yang bersifat induktif, yang merupakan inverse atau arah terbalik dari model tradisional. Langkah-langkahnya:
a)      Mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan, menentukan materi, menemukan penilaian, memperhatikan antara luas dan dalamnya bahan, kemudian disusunlah suatu unit kurikulum
b)      Mengadakan try out
c)      Mengadakan revisi atas dasar try out
d)     Menyusun kerangka kerja teori
e)      Mengemukakan adanya kurikulum baru yang akan didesiminasikan.

6.      Model Hubungan Interpersonal Dari Rogers
Kurikulum yang dikembangkan hendaknya dapat mengembangkan individu secara fleksibel terhadap perubahan-perubahan dengan cara melatih diri berkomunikasi secara interpersonal. Langkah-langkahnya:
a)      Diadakannya kelompok untuk mendapatkan hubungan interpersonal di tempat yang tidak sibuk
b)      Kurang lebih dalam satu minggu para peserta mengadakan saling tukar pengalaman, dibawah pimpinan staff pengajar
c)      Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas lagi dalam satu sekolah, sehingga hubungan interpersonal akan menjadi lebih sempurna
d)      Selanjutnya pertemuan diadakan dengan mengikut sertakan anggota yang lebih luas lagi, yaitu dengan mengikut sertakan para pegawai administrasi daan orang tua peserta didik.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan penyusunan kurikulum akan lebih realistis, karena didasari oleh kenyataan yang diharapkan.

7.      Model Action Research Yang Sistematis
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Hal itu mencakup suatu proses yang melibatkan kepribadian orangtua, siswa, guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada tiga hal: hubungan individu, sekolah dan organisasi masyarakat, serta wibawa dari pengetahuan profesional.
Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para orangtua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa, guru, dan lain-lain, mempunyai pandangan tentang bagaimana pendidikan, bagaimana anak belajar, dan bagaimana peranan kurikulum dalam pendidikan dan pengajaran. Penyusunan kurikulum harus memasukkan pandangan dan harapan-harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah dengan prosedur action research. Langkah-langkahnya:
a)      Adanya problem proses belajar mengajar di sekolah yang perlu diteliti
b)      Mencari sebab-sebab terjadinya problem dan sekaligus dicari pemecahannya. Kemudian menentukan putusan apa yang perlu diambil sehubungannya dengan masalah yang timbul tersebut
c)      Melaksanakan putusan yang telah diambil.

B.       Analisis Terhadap Model-Model Pengembangan Kurikulum
Ada tiga faktor yang digunakan untuk menganalisis model-model pengembangan  menurut Zainal Arifin (2011) dalam bukunya Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, yaitu :
a)      Penekanan pada suatu titik pandangan tertentu.
b)      Keuntungan-keuntungan yang diperoleh melalui model tersebut
c)      Kekurangan-kekurangannya.
Pada model administratif penekanan diberikan pada orang-orang yang terlibat dalam pengembangan kurikulum dengan uraian tugas dan fungsinya masing-masing, disamping pengarahan kegiatan yang bercirikan dari atas ke bawah. Kekurangannya terletak pada kurangnya dampak perubahan kurikulum, karena hasil kegiatannya seolah-olah dilaksanakan dari atas tanpa memperhatikan people change.
Titik pandangan model dari bawah diletakkan pada pengembangan kurikulum yang diselenggarakan secara demokratis yaitu dari bawah. Keuntungannya yaitu proses pengambilan keputusan terletak pada para pelaksana, mengikutsertakan banyak pihak dari bawah, yaitu guru-guru. Berdasarkan hal itu, maka terbukalah tirai broken front sebagaimana lazim ditemui apabila pembaruan kurikulum disodorkan dari atas. Kekurangan yang paling menonjol model ini mengabaikaan segi teknis dan professional tentang kurikulum.
Model demonstrasi jelas mengutamakan pemberian contoh dan teladan yang baik dengan harapan agar yang didemonstrasikan akan diadopsi oleh guru/sekolah lain. Keuntungannya terletak pada suatu segmen kurikulum yang panjang dan tetunya sudah melalui testing sehingga terjamin akurasi dan validitasnya. Sebagaimana model dari bawah, maka model ini juga menembus broken front. Ekses yang timbul dari model ini adalah guru-guru yang tidak ikut serta dalam pengembangan kurikulum bisa menentang gagasan-gagasan yang telah dihasilkan.
Model beachamp melihat dari segi keseluruhan proses kurikulum. Keuntungan yang menonjol adalah penegasan area sehingga mudah dan jelaslah rung lingkup kegiatan. Kerugiannya sama dengan model top down.
Model terbalik Hilda Taba mendekatkan kurikulum dengan realitas pelaksanaannya melalui pengujian terlebih dahulu oleh guru-guru professional. Model ini sungguh mengintegrasikan teori dengan praktik, tetapi sulit mengorganisasikannya karena memerlukan kemampuan teoritis dan profesionalan yang tinggi.
Model hubungan interpersonal dari Roger mengutamakan hubungan antar pribadi dengan harapan dapat menghasilkan beberapa penerapan kurikulum yang lebih luas dan sukses. Model ini mendekatkan permasalahan dengan para pelaksanannya sehingga memudahkan pemecahannya.
Model Action Reasearch mengutamakan penelitian sistematis oleh orang lapangan tentang masalah-masalah kurikulum. Kesukaran dari model ini adalah penerapannya memerlukan staf professional khusus yang terlatih dalam penelitian dan dengan sendirinya dalam pelaksanaanya memerlukan biaya yang tinggi. Model teknologis diselenggarakan secara sistematis dan dapat pula menjangkau kawasan yang luas. Meskipun demikian, keahlian serta spesialisasi professional merupakan penghambat bila model ini digunakan.
  
  
DAFTAR PUSTAKA

Dakir, 2004, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta : PT Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suparlan. 2012. Tanya jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Susilana, Rudi. 2006. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I: Ilmu Pendidikan Teoretis. Bandung: PT. Imperial  Bhakti Utama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar