Sabtu, 13 Desember 2014

Dilema Pendidik

Oke guys, hari ini saya akan membicarakan tentang peran pendidik. Dilihat dari dzahirnya, problematika yang ada pada saat ini tidak lain selalu disangkutpautkan dengan kesalahan pada sisi pendidikan dan dengan otomatis pendidik (red. guru) akan menjadi tersangka utama. Teringat pada saat pembimbingan pengabdian masyarakat tempo hari seperti biasa sebelum kami diberi materi yang cukup memanaskan otak, pemateri akan memberikan umpan-umpan yang akan kembali menumbuhkan semangat kami yang mulai jenuh dengan materi pada saat itu. seorang pemateri mengeluarkan leluconnya kira-kira ungkapannya seperti ini "di sini berapa orang yang dari FITK? tolong acungkan tangan" kami sontak mengacungkan tangan "kasihan ini anak-anak FITK, selalu disalahkan jika ada problematika di dunia. dikit-dikit salah pendidikannya. Jadi yang sabar ya anak FITK."

Sejak saat itu saya kemudian menyadari bahwa dunia sedang bertumpu pada seorang pendidik. Namun tak jarang pendidik menghadapi berbagai permasalahan di luar konteksnya. Terkadang malah sebenarnya masalah tersebut di luar tanggungjawabnya. Karena itulah kemudian sekolah seringkali menjadi keluarga kedua setelah keluarga pokok (Ibu, Ayah and etc.).
Saat ini masalah dan musuh utama seorang pendidik adalah Teknologi. Namun tak selamanya mengalahkan musuh adalah dengan memusnahkannya. Akan lebih baik jika kita bisa menaklukannya, dan bisa menjadikannya di bawah naungan kita. tahukah kalian? Saat ini Indonesia dirundung kegalauan. Perlu bukti? lihat saja banyak lagu-lagu yang baru-baru ini dirilis dimodifikasi dengan indah dengan lirik-lirik tentang percintaan. Bukankah akan lebih indah jika liriknya mengandung point-point pengetahuan untuk siswa?. But, it's not my point. Pointnya adalah jika lagu saja dapat mengubah mindset banyak siswa, apalagi barang yang kemana-kemana akan mereka bawa, dimana-mana bisa mereka pandangi. apalagi kalau bukan HP.
Dengan masukanya HP China di Indonesia yang harganya yah relatif miring, barang ini yang dulunya termasuk barang mewah kini menjadi barang pokok, right?. Dan inilah yang kemudian menjadi pokok permasalahan anak muda saat ini. HP yang canggih, saya juga tidak tau isinya apa, yang pasti akan mempengaruhi mindset siswa. Jika hal ini terlihat hanya sekedar masalah modernisasi dan konsumerisme, saya tidak memandangnya sebagai masalah yang bisa di beri tanda kutip "SEKEDAR". Ini menyangkut masalah moral guys. Angka pernikahan dini dan lebih parah lagi permasalahan hamil di luar nikah meningkat kebanyakan disebabkan oleh masalah yang katanya "SEKEDAR" ini.
Rentetan seperti inilah yang kemudian menjadikan kurikulum senatiasa diubah-ubah. Saat ini ada sebuah kompetensi Inti yang ingin menjadikan sekolah sebagai medan pengubahan kemampuan Psikomotorik dan Afektif. It's great! Namun kiranya apakah pendidikan ini bisa dipertahankan jika mindset sebuah lingkungan siswa tidak mendukung. Siswa umumnya akan menghabiskan paling maksimal 11 jam di lingkungan sekolah dan 13 jam dalam lingkungan keluarga. Jika lingkungan keluarga hanya menjejali mereka dengan makhluk bernama HP non-stop, maka apa yang bisa dilakukan guru?. Guru bisa membatasi penggunaan HP di lingkungan sekolah, namun bagaimana di luar sekolah. Dengan demikian kronologinya, apakah guru tetap menjadi seorang tersangka dalam kebejatan dunia ini? Apakah guru harus menjadi pengawal bagi setiapa siswanya 24 jam? Mereka punya kehidupan sendiri, keluarga mereka membutuhkan mereka.
Jadi para orangtua, tolong dengarkan baik-baik inilah kira-kira rintihan seorang guru andaikan mereka bisa mencurahkan isi hatinya. Hanya orangtualah yang bisa menjadi pendidik yang lebih sempurna dari pendidik di sekolah favorite sekalipun. Karena di lingkunganmulah mereka belajar bahasa Ibu. Mereka mulai membuka mata kepada dunia sesaat setelah ia keluar dari rahimmu. Yang pertama ia lihat adalah kalian, yang pertama menggendong adalah kalian. Mau diapakan masa depan anak ini, kaulah yang menentukan. Jadi tolong berhentilah menyalahkan seorang guru. Guru akan memberikan materi dan mencoba membantu mewujudkan tujuan Pemerintah dan kaulah yang menjadi penentu keberhasilannya para orangtua.
MAY ALLAH MAKE US TO BE A RIGHT PARENTS..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar